cari apa saja yang sudah ditulis cak-Senu

KISAH SEORANG KULI BANGUNAN…... 

Suyanto namanya. Bapak berumur 43 tahun ini menghidupi istri dan kedua anak laki-lakinya yang masih duduk dibangku kelas 2 SMP dan kelas 1 SD, berjuang memeras keringat dan menyeka peluh diterik panas matahari. Dia seorang kuli bangunan, dengan pekerjaan serabutan apapun ia lakukan. Menjadi kuli dengan upah yang tidak seberapa namun memerlukan banyak tenaga tentu bukan pilihan hidupnya jika ada pilihan baginya untuk hidup yang lebih baik lagi.

 Pagi-pagi sekali dengan penuh semangat dan tanggung jawab  ia bergegas menuju tempat kerjanya. Bukan pakaian formal dengan celana panjang hitam yang ia kenakan. Bukan sepatu hitam mengkilat yang menghiasi kakinya. Bukan sebuah bangunan bertingkat layaknya kantor yang akan ia tuju. Bukan ruangan ber AC yang akan ia datangi. Bukan tumpukan kertas dan sebuah komputer yang akan menantinya. Suyanto, dengan seragam yang ia kenakan sehari-hari, pakaian lusuh dan sepatu boot yang selalu menemaninya mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. Bangunan setengah jadi yang selalu ia tuju, pekerjaan lapang yang panas dibawah terik matahari yang selalu ia datangi. Batu bata dan pasir yang selalu menantinya.

 Itu yang selalu ia lakukan setiap hari, setiap hari jika ada yang mempekerjakannya sebagai kuli. Jika tidak ada tanah lapang yang berumput yang akan menjadi tempat kerjanya. Mencari rumput…bukan untuk menghidupi keluarganya, tapi untuk menghidupi kambing yang entah suatu saat nanti mungkin bisa membantu menyambung hidup keluarganya. Untuk mengepulkan dapur istrinya, Suyanto juga menjadi buruh tani pada tetangganya walaupun hasil yang ia dapat tidak seberapa. Dan saat ia harus bekerja sebagai kuli, dan saat itu juga sawah menunggunya. Ia harus rela membayar seseorang untuk menggantikannya bekerja di sawah. Dan hal itu ia lakukan agar keduanya bisa berjalan seiringan.

 Suyanto tidak sendiri dalam berjuang menghidupi keluarganya, di sebuah rumah yang baru saja selesai dibangun..bahkan batu-bata dan betonnya pun masih terlihat basah. Istri Suyanto, Ninik ikut serta membantu suaminya dengan berdagang kecil-kecilan. Dari sembako hingga sayur mayur walaupun kadang, Ninik harus merelakan sayur mayurnya dihinggapi lalat dan ulat karena belum ada juga yang membelinya hingga sayur mayurnya mulai membusuk.

 Bahkan tidak segan-segan, istri Suyanto bisa menjadi manajer untuk suaminya. Ia mencari kesana kemari pekerjaan yang dibuthukan dan membutuhkan suaminya. Tidak jarang juga ia meminta langsung pada tuan rumah untuk mempekerjakan suami tercintanya. Hingga Suyanto pun akhirnya mendapatkan pekerjaan untuk menghidupinya sebagai seorang kuli bangunan yang bekerja dari pagi hingga sore hari, baik panas ataupun hujan.

 Mungkin bekerja dibawah terik matahari tidak menjadi halangan baginya jika, bulan ini adalah bulan-bulan biasa. Tapi bulan ini adalah bulan suci dimana semua umat Islam di seluruh dunia diwajibkan untuk berpuasa sebulan penuh. Seperti makan buah simalakama, itulah hidup Suyanto pada bulan ini. Ia harus berpuasa untuk menjalankan kewajibannya sebagai umat Allah swt. Tapi ia juga harus bekerja untuk menjalankan kewajibannya sebagai suami dan ayah yang bertugas mencari nafkah untuk istri dan kedua buah hatinya. Tidak akan menjadi masalah baginya, jika ia mempunyai pekerjaan tetap yang membuatnya berada disebuah ruangan nyaman. Dibawah terik matahari, dan mengangkut bahan bangunan, mulai dari kayu, batu bata, beton, memasang dan menyusunnya hingga rapi dan membentuk suatu bangunan yang indah atas hasil karyanya.

 Untuk menjalankan 2 kewajibannya, Suyanto berusaha keras..walaupun pada akhirnya ia harus kalah oleh kondisi tubuhnya yang lelah diterpa sinar mentari hingga acapkali membuatnya membatalkan puasa. Hingga ia memang berniat untuk tidak puasa. Ia tetap berusaha, semangatnya juga tidak pernah luntur terlebih lagi karena bulan ini adalah bulan Ramadhan, bulan penuh berkah dan ampunan. Siapa yang patut disalahkan?? Suyanto karena tidak kuat imannya, atau Sang pemberi kerja yang memberinya pekerjaan di bulan puasa ini?? Atau memang ini jalan hidupnya. Semua orang tetap bekerja dengan pekerjaanya masing-masing pada bulan Ramadhan ini. Apapun pekerjaan mereka. Dan apapun namanya, penilaian atas setiap tingkah manusia ada pada Allah SWT . Dia yang menilai benar atau tidak, sah atau tidak, dan salah atau tidak.

 Suyanto tidak berharap banyak dalam hidupnya. Ia hanya berharap bisa memberikan kado lebaran bagi istri dan anaknya. Baju baru yang ingin ia beli untuk istri dan anaknya. Kue lebaran untuk disuguhkan dirumahnya. Dan tentunya untuk kelangsungan hidup keluarganya di hari depan. Menyekolahkan kedua buah hatinya hingga tamat SMA dan seterusnya. Ia juga berharap, dengan keadaan yang seperti apapun ia bisa membahagiakan istri dan kedua buah hatinya. Itulah salah satu alasan mengapa ia mencari pekerjaan di bulan ramadhan ini.

 Itulah Suyanto satu dari ribuan kuli bangunan yang ada di negeri kita dengan tanggung jawabnya pada keluarga dan Tuhan. Tanpa kuli bangunan sepertinya, tidak akan ada rumah yang berdiri megah. Tanpa kuli bangunan sepertinya, tidak akan ada gedung dan mall bertingkat. Bahkan tanpa adanya Kuli Bangunan sepertinya……. Tidak akan ada Istana Kepresidenan.

[+] selengkapnya...